Minggu, 30 Oktober 2016

Review Pentas Wayang FIB dalam rangka Dies Natalis ke-II

Review Pentas Wayang FIB dalam rangka Dies Natalis ke-II
Oleh: Fajar Fitrianto (J1B015006)

Lakon: Bima Suci
Dalang: Ki Kukuh Bayu Aji dan Bima Setyo Aji

A.    Ringkasan Cerita

Di Kerajaan Astina, prabu Duryudana mengkhawatirkan keamanan negaranya dengan adanya pendeta baru di perbatasan Astina (Sumur Jalatunda/Gunung Argakelasa) yang bernama Begawan Bimasuci. Semakin hari semakin banyak rakyat Astina yang berguru pada pendeta tersebut. Hal ini dipandang Duryudana akan mengurangi kewibawaan bahkan bisa dianggap merongrong kedudukannya. Kekawatiran ini didukung Sengkuni yang selanjutnya menyalahkan Pandita Drona. Karena sudah bisa diketahui bahwa Begawan Bimasuci tidak lain adalah Werkudara yang merupakan murid Drona. Kenapa Drona yang bersedia mencelakakan Bima tapi justru sebaliknya, Bima telah  berhasil mendapatkan ilmu kasampurnan dan setelah itu tidak langsung kembali ke Amarta tapi justru mendirikan pertapaan di wilayah Astina.  Semua tuduhan Duryudana maupun Sengkuni dibantah oleh Drona, bahwa keberhasilan Bima mendapatkan ilmu kasampurna adalah berkat ketekunan dan ketabahan Bima dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan hal ini lain dengan Kurawa. Sedang kenapa Bima tidak langsung kembali ke Amarta dan justru mendirikan pertapaan di wilayah Astina ini merupakan strateginya, satu sisi ini justru menguntungkan Astina karena Bima berperan ikut mendidik dan membina moral rakyat Astina disisi lain   untuk meringkihkan negara Amarta. Karena kekuatan Pandawa terletak pada Bima, kalau Bima tidak berada di kerajaan berarti kerajaan Amarta kehilangan kekuatannya sehingga akan mudah dihancurkan. Maka untuk menunjukkan kebenaran pendapatnya dan kesetiaannya pada raja, Drona memanggil siswa barunya untuk datang dan membantu menyerang Amarta. Sedang dirinya justru akan menemui Bima supaya selalu tekun tetap berada di pertapaan. Duryudana menyetujuinya, selanjutnya memerintahkan Sengkuni membawa para Kurawa membantu Raja sabrang untuk menyerbu Amarta.

Di Kerajaan Amarta, Pandawa dirundung kesedihan karena kepergian Bima yang sehabis mendapatkan ilmu kasampurna tidak kembali ke kerajaan tapi malah menghilang entah dimana keberadaannya disamping itu juga disusul kepergian Arjuna yang tampa pemberitahuan saudara-saudaranya pergi entah kemana. Hal ini akan membahayakan keselamatan negara. Tidak  lama kemudian datanglah Patih Tambak Ganggeng yang melaporkan adanya musuh yang akan menyerang Negara Amarta. Selanjutnya Puntadewa memerintahkan para putra-putra Pandawa untuk menghadapi serangan musuh. Dalam peperangan para putra-putra Pandawa kewalahan menghadapi raja sabrang yang didukung prajurit Astina, semua dibentak jadi terlempar entah kemana jatuhnya. Sedang prajurit lainya kocar-kacir menyelamatkan diri.

Di Kahyangan Jonggring Saloka, Batara Guru mengkawatirkan keberadaan Bimasuci yang mengajarkan ilmu kasampurnan. Hal ini akan mengurangi eksistensi keberadaan dan kedudukan para dewa. Karena dengan mendalami ilmu kasampurnan, manusia tidak lagi mau menyembah dan berbakti pada Dewa. Untuk itu Batara Guru memerintahkan para prajurit Dewa untuk mengusir Bimasuci dari pertapaannya. Yang menerima perintah selanjutnya sama berangkat yang dipimpin Batara Bayu, Brama, Endra dll.

Ditengah hutan Arjuna merasa sedih mencari keberadaan Bima yang sehabis memperoleh ilmu kasampurnan tidak pulang tapi justru menghilang pergi entah kemana keberadaannya. Atas saran Semar Arjuna disuruh pergi ke wilayah negara Astina nanti akan menemukan dimana Bima berada.
Di Gunung Argakelasa/Sumur Jalatunda Bima sedang menerima kedatangan  Anoman, niat awal Anoman mengingatkan Bima untuk segera pulang ke Amarta namun setelah tahu kedudukan Bimasuci sebenarnya justru Anoman malah berguru kepadanya. Tidak lama kemudian datanglah Drona, dengan maksud menyanjung dan mendorong Bima untuk tetap berada di pertapaan. Tak lama kemudian datang juga  Arjuna yang bermaksud juga mengingatkan kakaknya untuk segera pulang ke Amarta, karena kalau ditinggal terlalu lama akan membayakan keselamatan negara. namun setelah menerima alas an dan wejangan dari Bima, Arjuna justru berguru sama Bimasuci dan ingin tetap tinggal bersama di pertapaan.

Untuk sementara Drona, Anoman dan Arjuna diminta meninggalkan tempat oleh Bimasuci karena akan kedatangan para dewa. Batara Bayu, Brama, Endra datang ingin mengusir Bima karena lewat perdebatan para dewa kewalahan selanjutnya para dewa menjatuhkan guntur api, angin, air namun semuanya dapat diatasi Bimasuci. Karena para prajurit Dewa tidak berhasil mengusir Bimamsuci, Batara Guru menghadapi sendiri. Terjadilah Bantah tentang kedudukan dan eksistensi para dewa sebenarnya yang dikaitkan dengan ketauhitan. Batara Guru kewalahan menghadapi Bimasuci dan mengetahui siapa sebenarnya yang sedang bersemayan dalam jiwa Bima suci yang tidak lain adalah Sang Hyang Wenang. Setelah bertobat akhirnya pergi Batara Guru pergi mmeninggalkan Bimasuci. Setelah itu Sang Hyang Wenang keluar dari dalam tubuh Bima kembali ke Kahyangan.

Arjuna, Anoman, Drona menghadap Bimasuci kembali, tak lama kemudian datanglah Kresna yang mengingatkan  Bimasuci, bahwa usaha untuk mencapai kesempurnaan tidak harus dengan laku ibadat yang terus meninggalkan keduniaan. Tapi juga dengan darma dengan kehidupan sehari-hari . Siapa yang berbuat baik ikut memayu hayuning bawana ddilandasi dengan rasa iklas dan pasrah pada Tuhan  maka  insya Allah amalnya akan diterima dan akan mencapai kesempurnaan hidupnya baik di dunia maupun di akhirat. Selanjutnya Kresna juga mengingatkan bahwa Kerajaan Amarta sekarang dalam bahaya karena mendapat serangan dari musuh untuk itu Bima diminta segera pulang ke Amarta menyelamatkan negara dan rakyatnya menuju kedamaian dan ketentraman yang abadi. Tiba-tiba Gatutkaca, Antarja tiba (jatuh) tanpa sadarkan diri, setelah disadarkan Bima, mereka melaporkan keadaan negara Amarta yang porak poranda diserbu Musuh. Bima segera tergugah hatinya segera berangkat ke Amarta dengan para putera-puteranya.

Setelah tiba di Amarta, Bima, Arjuna dan para putra-putra Pandawa segera mengusir para musuh. Namun untuk menghadapi raja sabrang semua kewalahan akhirnya Semar yang menghadapinya. Raja sabrang dapat ditundukkan dan kembali ke wujudnya asli yakni Batara Kala. Tujuan Batara Kala menyamar lalu membuat onar tidak lain adalah ingin  mengingatkan Bima supaya segera kembali ke Amarta. Para Kurawa merasa malu terus mengamuk namun dapat diusir Bima. 

Para pandawa bersyukur dengan kembalinya Bima dan bersatunya kembali Pandawa,  sehingga ketentraman, kedamaian dan kesejahteraan dapat hidup kembali di bumi Amarta. Amiin.

B.     Setting

1.   Setting panggung sangat mewah, luas dan spektakuler Lighting dan audio yang digunakan juga sangat sesuai dengan setting panggung apalagi dilengkapi dengan video proyektor.
2.   Dalang memulai pagelaran wayang pada 10.13.
3.   Pentas dimulai dengan menceritakan keadaan yang sekarang ini banyak terjadi, yakni larangan molimo yang dilanggar oleh para pemuda dan akhirnya nasihat baik disampaikan kepada penonton.
4.   Dalang menceritakan setting dalam cerita (setting lakon / prolog) dan menjelaskan tentang apa saja yang melatarbelakangi cerita “Bima Sakti”.
5.   Ketika Dalang sudah memasuki cerita, bahasa yang digunakan sudah sedikit berubah. Bahasa yang tadinya mudah dipahami oleh saya (Fajar Fitrianto), sekarang berubah menjadi sulit dipahami. Selain itu juga karena cerita yang dibawakan sangat cepat dan menggunakan bahasa jawa sansekerta.
6.   Mengiringi cerita, para sinden menyanyikan syair yang tidak begitu jelas syair apa yang ditembangkan.
7.   Setelah itu, cerita yang dibawahan dalang mulai mudah dipahami kembali.
8.   Cara pementasan wayang bergantian yang dimulai dari sisi kiri kelir (dalang Bima Setyo Aji) yang kemudian sisi kanan kelir (Ki Kukuh Bayu Aji).
9.   Jam 11.44 mulai terjadi peperangan antarwayang. Tokoh yang menang dalam peperangan melakuan selebrasi. Musik yang digunakan juga musik yang khas yang biasanya dipakai untuk mengiringi situasi tegang.
Tangga nada yang digunakan kalau tidak salah adalah sebagai berikut
Tolong cari  sendiri nadanya, dan kalau sudah nemu, share yahhh ke wapversi@gmail.com, catatan tangga nada perwayangan (penayangan) yang saya punya dulu waktu belajar Gamelan Wayang sudah hilang. Dan seiingat saya, nadanya seperti deretan disamping.


10.                    Pukul 11.55 situasi kembali tenang.
11.                    Pukul 12.00, jika pada saat mulai kelir hanya digunakan sebelah (kanan / kiri bergatian sekitar 15 menitan), sekarang mulai menggunakan seluruhnya (kanan/ kiri bersamaan).
12.                    Pada saat itu. Suasana beubh menjadi  tegang kembali. Musik yang digunakan tidak jauh berbeda dengan nada diatas.
Peperangan antar wayang pun terjadi.
13.                    Beberapa saat kemudian, dalang melakukan freestyle secara bersamaan dan saling melempar wayang kanan ke kiri kiri ke kanan dengan begitu mahir meskipun terkadang terjadi missing.
14.                    Suasana semakin tegang. (suasana tegang terakhir sebelum gara-gara.
15.                    Pukul 12.15, Gara-gara. Semua sinden bernyanyi......
16.                    DISINI KALIAN HARUS BISA NGARANG, saya tidak bisa menggambarkan seperti  apa kejadiaannya.
17.                    Beberapa tokoh pandawa memasuki kelir, musik pengirinnya menggunakan nada yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
18.                    12.20, nasihat-naihat mulai disematkan, salah satunya adalah “Hidup berawal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan.”
19.                    Pukul 12.30, suasana kembali menengang, terjadi peperanan yang diperkuat dengan musik (sepeti poin ke 9) dan disertai dengan bayangan peperangan dari belakang kelir.
20.                    12.50, peperanganpun dan saling bunuh membunuhpun terus terjadi.
21.                    Kegokilan sang dalangpun bermunculan ditengah peperanggan. Selain itu juga dalang memerankan tragedi dimana seorang tokoh terbakar api peperangan. (wayangnya terbakar).
22.                    1.00, ditengah-tengah tragedi peperangan, para punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) muncul dan bahasa penceritaan berubah menjadi bahasa Banyumasan. Kemunculannya sontak membuat situasi yang sedikit aneh, luucu dan penuh nasihat.
23.                       1.10 pindah  kelir (ke kelir didepan kelir utama/kelir wayang golek) Suasana perwayangan jawa sekejab berubah menjadi perwayangan sunda.Tak Cuma itu,alunan musiknya juga berubah tetapi masih menggunakan instrumen jawa dan bahasa banyumasan.
24.                       1.25, dalang bercerita tentang kehidupannya dan kehidupan di masyarakat. Setelah itu dilanjut dengan mengisahkan pengkhianatan rakyat pribumi yang menjadi antek-anteknya belanda. Penceritaan ini disertai dengan lawakan dan sisipan nilai nasionalis yang harus dijaga dan ditambah.
25.                       2.15, cerita berhenti dan dilanjutkan dengan lagu-lagu.
Gara-gara selesai dan dilanjutkan dengan kelir uama dan cerita kembali dulanjutkan. Peperangan yang sempat terhenti pun kembali dilanjutkan.
26.                       Sekitar pukul 2.20, yang nulis setting ini (Fajar Fitrianto) pulang bersama ropoel untuk istirahat sejenak unntuk persiapan pullang ke kampung halaman di sebelah selata Hutan Gunung Slamet. Seting selanjutnya bisa ditanyakan kepada Rekan Aris Surono dan / atau Saudara M. Ishom. K.


27.                       Jika kalian sudah baca sampai nomer ini, jangan lupa kata ajaibnya agar tulisan ini apabila akan kalian gunakan bisa menjadi berkah......